Rabu, 23 November 2011

BISU MU

akhirnya aku merasakannya juga
rasa sakit yang telah aku duga
rasa sakit karna kau abaikan
yang dulu mengucap mesra tanpa pinta
yang dulu tersenyum indah penuh cinta

kasih hatiku....
ada apa denganmu?
kau murungkan wajah indah itu, hingga kelam pula hatiku
kau sepikan hari kita tanpa nada2 ceria yang biasa ku dengar dari bibirmu
bosankah kau menjalani sebagian hidupmu denganku?
atau adakah salah yang luput dari evaluasi diriku?


katakanlah sayangku
karna aku tak mampu mengartikan diammu..
karna aku tak dapat mendengar suara dalam bisumu
sayangku, taukah kau dalam diam prilakumu kau terus menyayatku...

begitu bodohnya kah kekasihmu ini?
yang tak mampu mengartikan 1 pun isyaratmu

isyarat yang kini baru aku mengerti
bahwa kau memang hanya ingin membisu
dan kekasihmu ini akan setia menunggu....

RINDUNYA AKU

Rindunya aku padamu.....

Rindu berjumpa dan berbagi cerita2 kita
Rindunya telinga ini mendengar nasihat2 mu
yang selalu mengarahkan langkah yang tak selalu benar ini
Rindunya aku termotivasi oleh luapan semangat
yang kau hujankan padaku tanpa ampun
Rindunya aku hanya terdiam disampingmu,
bersandar dipundakmu, memejamkan mata sejenak
dan menghirup aroma tubuhmu...

sungguh rindunya aku.....
by. Yanty

Selasa, 22 November 2011

JENUH

Disini, di titik kata "jenuh" menjadi seolah sudah sangat jenuh aku dengar
sebuah kata yang digunakan untuk mengekspresikan kejenuhan yang mengakar
tentang laku-laku tingkah yang tak lagi mampu aku uraikan....
tentang rasa yang kini hanya menyisahkan kejenuhan

Setelah kita lama menjalin senti demi senti kisah kita,
tiba saat bahan untuk menyulam tak mampu lagi kau beli
tiba saat tangan ini sudah tak mau lagi, karna seolah habislah sudah ide
tak lagi saling mendengarkan, menyetujui kesalah pahaman
dan mengijinkan emosi jelek yang meledak-ledak berkuasa...


Di hati yang dulu dipenuhi kasih sayang dan setumpuk pengertian
kini bersemayam ular besar yang sangat kelaparan
lelah, haus, dan sangat liar...
semakin marah semakin besar dan semakin jelek saja ular itu....


Di dada yang dulu selalu mendekap mesra dengan kata-kata cinta yang terucap
kini menjadi tempat yang mengerikan untuk didatangi
kebencian, kebencian, dan kebencian
yan ada kini hanya tinggal kejenuhan

Tau kah kau aku sangat jenuh padamu..
ya akupun juga jauh lebih jenuh padamu...

jenuh...jenuh...jenuh....

Aku telah jenuh menulis kata "JENUH"

by. yanty

Puisi Pagi

Nicholas Saputra saat memerankan Soe Hok Gie dalam film GIE
 Soe Hok Gie
akhirnya semua tlah tiba pada suatu hari yang biasa
pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui
apakah kau masih selembut dahulu?
memintaku minum susu dan tidur yang lelap.
sambil membenarkan letak leher kemejaku

kabut tipispun turun pelan-pelan di lembah kasih,
lembah mandala wangi
kau dan aku tegak berdiri melihat hutan-hutan yang menjadi suram
meresapi belaian angin yang semakin dingin.

apakah kau masih seperti dahulu ketika ku dekap
kau dekaplah lebih erat, lebih dekat
apakah kau masih akan berkata
"ku dengar detak jantungmu"

kita begitu berbeda dalam semua
kecuali dalam cinta

haripun menjadi malam
kulihat semuanya menjadi muram
wajah yang tidak kita kenal
berbicara dalam bahasa yang tidak kita mengerti
seperti kabut pagi itu...

Senin, 14 November 2011

"AYAH JUGA LUPA"


Ayah Juga Lupa
W. Livingstone Learned

Dengar, Nak: saya mengatakan ini pada saat Kamu tertidur, satu tangan kaurebahkan dibawah pipimu dan rambut pirang keritingmu yang basah terurai dahimu. Aku mencuri-curi untuk masuk ke kamarmu. Beberapa menit yang lalu ketika aku membaca sesuatu di perpustakaan, penyesalan yang mendalam tiba-tiba mencekikku. Dengan merasa bersalah Aku datang ke kamarmu. Ada beberapa hal yang sedang kufikirkan, Nak: Aku sudah banyak bersalah padamu. Aku memarahimu karena saramu berpakaian ke sekolah karena Kau terlihat seperti memakai handuk ke sekolah. Aku tidak mengajarimu membersihkan sepatu, berteriak dengan marah ketika kamu melempar beberapa barang ke lantai.

FATHER FORGETS

FATHER FORGETS
by W. Livingston Larned



Listen, son; I am saying this as you lie asleep, one little paw crumpled under your cheek and the blond curls stickily wet on your damp forehead. I have stolen into your room alone. Just a few minutes ago, as I sat reading my paper in the library, a stifling wave of remorse swept over me. Guiltily I came to your bedside.
There are things I was thinking, son: I had been cross to you. I scolded you as you were dressing for school because you gave your face merely a dab with a twoel. I took you to task for not cleaning your shoes. I called out angrily when you threw some of your things on the floor.
At breakfast I found fault, too. You spilled things. You gulped down your food. You put your elbows on the table. You spread butter too thick on your bread. And as you started off to play and I made for my train, you turned and waved a hand and called, "Goodbye, Daddy!" and I frowned, and said in reply, "Hold your shoulders back!"
Then it began all over again in the late afternoon. As I came Up the road, I spied you, down on your knees, playing marbles. There were holes in your stockings. I humiliated you before you boyfriends by marching you ahead of me to the house. Stockings were expensive - and if you had to buy them you would be more careful! Imagine that, son, form a father!
Do you remember, later, when I was reading in the library, how you came in timidly, with a sort of hurt look in your eyes? When I glanced up over my paper, impatient at the interruption, you hesitated at the door. "What is it you want?" I snapped.
You said nothing, but ran across in one tempestuous plunge, and threw your arms around my neck and kissed me, and your small arms tightened with an affection that God had set blooming in your heart and which even neglect could not wither. And then you were gone, pattering up the stairs.
Well, son, it was shortly afterwards that my paper slipped from my hands and a terrible sickening fear came over me. What has habit been doing to me? The habit of finding fault, of reprimanding - this was my reward to your for being a boy. It was not that I did not love you; it was that I expected too muchof youth. I was measuring you by the yardstick of my own years.
And there was so much that was good and fine and true in your character. The little heart of you was as big as the dawn itself over the wide hills. This was shown by your spontaneous impulse to rush in and kiss me good night. Nothing else matters tonight, son. I have come to your bedside in the darkness, and I have knelt there, ashamed!
It is a feeble atonement; I know you would not understand these things if I told them to you during your waking hours. But tomorrow I will be a real daddy! I will chum with you, and suffer when you suffer, and laugh when you alugh. I will bite my tongue when impatient words come. I will keep saying as if it were a ritual: "He is nothing buy a boy - a little boy!"
I am afraid I have visualized you as a man. Yet as I see you now, son, crumpled and weary in your cot, I see that you are still a baby. Yesterday you were in your mother's arms, your head on her shoulder. I have asked too much, too much.



Jumat, 11 November 2011

KITA

ku lalui 1 hari berat tanpamu, lalu hari berikutnya lagi
berikutnya dan berikutnya lagi
namun setelah keberikutanya tak lagi kuingat2
aku mulai rela...
hmmmm teryata aku sedang belajar membebaskanmu, juga hatiku...

kau yang pernah ku panggil sayangku
tak pernahkah lagi kau merindukanku,
tak inginkah kau membelai dan memangil namaku dengan mesra

kita yang tak lagi menyambut kabut yang berlahan turun difajar yang dingin
kita yang tak lagi saling menghangatkan dalam terpaan angin malam
kita yang telah sama, ya...kita tlah sama2 bosan..
menjalani hubungan yang kini menjadi selalu membosankan

lalu akhirnya takkan lagi ada kata "KITA"

by. Yanty

Coretan Pertamaku

Di luar hujan, kau taukan di bulan-bulan ini akan lebih sering tanah basah oleh langit yang melepas hujan setelah sebelumnya menakuti dengan awan yang murung dan gemuruh petir juga kilat.aku menyukai hujan, baik hanya menatap hujan yang seperti renda yang bening, indah, dan berbau basah. Atau aku menerima hujan yang datang dengan tangan terbuka dan membiarkan iya menguyur selur tubuh yang telah penak pada hari-hari yang sedikit membosan ini.
Tik...tik...tik...bunyi hujan di atas genteng.....bla...bla....kau masih ingat lanjutan lagu itu? lagu yang ku hafal saat ku masih balita. Duduk di TK dengan seragam rok langsungan berwarna hijau rambut sebahu dan gigi yang gupis...aku masih polos dan sangat mengemaskan saat itu..kau juga pasti ingin bermain-main dengan pipiku yang tembem seperti...bakpao. Namun, jika sekarang kau ingin melakukanya.  aku pasti akan langsung marah. Hei...aku sudah 20 tahun saat ini dan bulan depan kan genap 21. Tentu aku akan menegurmu dengan keras, tapi aku takkan marah jika engkau hanya ingin berteman dan berbagi pengalaman bersamaku. Aku suka mendengarkan dan juga suka didengarkan.
Oya tentang hujan. apa kau pernah mempunyai momenmenarik tentang hujan? seperti utopia yang selalu bahagia saat hujan turun karna mempunyai kisah bersama kekasihnya yang dapat kau dengar dalam lagunya. Ehm...akan aku coba ingat momen menarik saat hujan. Aku pernah bertengkar dengan kekasih ku dulu saat aku masih smp kelas 3 dan tiba-tiba hujan turun.. . .namun karna pertengkaran kita belum selesai maka pergulatan tetap dilakukan walau basah kuyup jadinya. Betapa bodohnya jika aku mengingatnya sekarang. Aku tersenyum sambil membuka kembali kenangan yang telah berdebu diingatanku itu. Ada kisah lain,  saat disalah satu lebaran yang aku lalui di timika, dia bukan kekasihku tapi dia lebih dari itu. Telah sore dan aku harus kembali pulang namun hujan tak jua mau meredakan guyurannya dengan ragu kita memilih menerjang hujan. Basah, dingin bahkan sampai menggigil. kau tau kami berdua sangat kedinginan. Tak sampai hipertemia kita telah tiba di rumahku dan tentu saja kusegerakan diri mengganti baju dan bla...bla...bla..
hal lain yang paling menarik tentang hujan yang semua orang suka ialah pelanggi kau masih hafal warnanya? yah itu! karna langit selalu lebih cerah setelah hujan dan pelanggi kan melengkung indah mengantung warna-warnanya yang cerah.